1. SENI BANGUNAN
Salah satu wujud akulturasi dalam seni bangunan terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca.
Salah satu wujud akulturasi dalam seni bangunan terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca.
2. SENI RUPA DAN SENI UKIR
Pengaruh Hindhu-Buddha juga berkembang dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat sang Buddha. Di sekitar relief Sang Buddha terdapat relief lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
Pengaruh Hindhu-Buddha juga berkembang dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat sang Buddha. Di sekitar relief Sang Buddha terdapat relief lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
3. SENI SASTRA DAN AKSARA
Periode awal di
Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah
bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab
Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi
ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para
ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam
keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti
yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta
banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi
dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang
dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara
Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta
aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf
Nagari.
4. SISTEM PEMERINTAHAN
Salah satu contoh
nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah perubahan sistem
pemerintahan. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, struktur sosial
asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan pimpinannya ditunjuk atas
prinsip primus inter pares. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, sistem
pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan. Kepemimpinan lalu diturunkan kepada
keturunan raja. Raja dan keluarganya kemudian membentuk kalangan yang disebut
bangsawan.
Dalam perkembangannya,
ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu
(Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan Majapahit
dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan bercorak
Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya, dan Mataram
Buddha. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di Indonesia.
5. SISTEM KEPERCAYAAN
Pada saat budaya
Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan asli,
yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama Hindu dan
Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha
lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat
dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal
kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama
derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap
manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa
terhadap masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar