Kamis, 09 April 2015

KEDATANGAN ISLAM KE NUSANTARA

Kedatangan Islam ke Nusantara mempunyai sejarah yang panjang. Satu di antaranyaadalah tentang interaksi ajaran Islam dengan masyarakat di Nusantara yang kemudian memeluk Islam. Wujud dari keberlangsungan interaksi yang hingga kini masih terlihat adalah banyaknya umat Muslim Indonesia yang menjalankan ibadah haji dan umrah.
Di samping itu tidak sedikit para ulama dari Timur Tengah yang berkunjung ke Indonesia dalam rangka berdakwah. Bagi umat Islam di Indonesia, berbagai bentuk interaksi tersebut akan semakin memantapkan keimanan dan ketakwaan terhadap ajaran agamanya. Kemudian yang menjadi pernyataan adalah kapan dan dari mana kira-kira pertama kali Islam masuk ke Kepulauan Indonesia serta bagaimana prosesnya ??????????
Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Islam ke Kepulauan Indonesia, terutama perihal waktu dan tempat asalnya.
     Pertama, sarjana-sarjana Barat---kebanyakan dari Negeri Belanda---mengatakan bahwa Islam yang masuk ke Kepulauan Indonesia berasal dari Gujarat sekitar abad ke-13 M atau abad ke-7 H. Pendapat ini mengasumsikan bahwa Gujarat terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Letaknya sangat trategis berada di jalur perdagangan antara timur dan barat. Orang yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pinjapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan para pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur.
Pendapat J.Pijnapel kemudian di dukung oleh C.Snouck Hurgronye, dan J.P Moquetta (1912). Argumentasinya didasarkan pada batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta kemudian berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat ayau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat.
     Kedua, Hoesein Djajadiningrat mengatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia berasal Persia (Iran sekarang). Pedpatnya didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain : tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalam tradisi tabot di Pariaman di Sumatera Barat dan Bengkulu.
     Ketiga, Buya Hamka (Haji Abdul Karim Amrullah) mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya, yaita Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung pada abad-abad pertama Hijrah atau abad ke-7 M. Senada dengan pendapat Hamka, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah dikemukakan Anthony H. Johns. Menurutnya, proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir (kaum pengembara) yang datang Kepulauan Indonesia. Kaum ini biiasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya dengan motivasi hanya pengembangan agama Islam.
     Semua teori di atas bukan mengada-ngada, tetapi mungkin bisa saling melengkapi. Islamisasi di Kepulauan Indonesia merupakan hal yang kompleks dan hingga kini prosesnya masih terus berjalan. Pasai dan Malaka, adalah tempat dimana tongkat estafet Islamisasi dimulai. Pengaruh Pasai kemudian diwarisi Aceh Darussalam. Sedangkan Johor tidak pernah bisa melupakan jasa dinasti Palembang yang pernah berjaya dan mengislamkan Malaka. Demikian pula Sulu dan Mangindanao akan selalu mengingat Johor sebagai pengirim Islam ke wilayahnya.
 Sementara itu Minangkabau akan selalu mengingat Malaka sebagai pengirim Islam dan tak pernah melupakan Aceh sebagai peletak dasar tradisi surau di Ulakan. Sebaliknya Pahang akan selalu mengingat pendatang dari Minangkabau yang telah membawa Islam. Peranan para perantau dan penyiar agama Islam dari Minangkabau juga selalu diingat dalam tradisi Luwu dan Gowa Tallo.
Awal masuknya Islam di Nusantara. Pada pertengahan abad ke-15, ibukota Campa, Wijaya jatuh ke tangan Vietnam yang datang dari Utara. Dalam Kenangan historis Jawa, Campa selalu diingat dalam kaitannya dengan Islamisasi. Dari sinilan Raden Rahmat anak seorang putri Campa dengan seorang Arab, datang ke Majapahit untuk menemui bibinya yang telah kawin dengan raja Majapahit. Ia kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel salah seorang wali tertua
Sunan Giri yang biasa disebut sebagai ‘paus’ dalam sumber Belanda bukan saja berpengaruh di kalangan para wali tetapi juga dikenang sebagai penyebr agama Islam di Kepalauan Indonesia bagian Timur. Raja Ternate Sultan Zainal Abidin pergi ke Giri (1495) untuk memperdalam pengetahuan agama. Tak lama setelah kembali ke Ternate, Sultan Zainal Abidin mangkat, tetapi beliau telah menjadikan Ternate sebagai kekuatan Islam. Di bagian lain Demak telah berhasil mengislamkan Banjarmasin. Mata rantai proses Islamisasi di Kepulauan Indonesia mashih terus berlangsung. Jaringankolektif keislaman di Kepualauan Indonesia inilah nantinya yang mempercepat proses terbentuknya nasionalisme Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar