Budidaya kangkung pada umumnya dapat dilakukan dimana
saja dan oleh siapa saja karena kangkung dapat tumbuh di daerah perairan atau
darat tergantung jenis kangkung itu sendiri. Namun untuk memperoleh kangkung
dengan kualitas yang baik diperlukan langkah budidaya yang baik dan benar,
diantaranya dengan langkah:
1.
Pengolahan Tanah
Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari rumput, gulma dan
sisa tanaman dari periode tanam sebelumnya. Bila pH tanah kurang dari 4,5,
lakukan pengapuran lahan dengan menggunakan perbandingan minimum 1 ton kapur
pertanian per hektar, taburkan kapur secara merata ke seluruh areal penanaman.
Kemudian bajak atau cangkul lahan untuk membalik dan memecah agregat tanah sedalam 20-30 cm supaya gembur.
2.
Pembuatan Bedengan
Bedengan membujur dari Barat ke Timur
agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi
30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm.
3.
Pemberian Pupuk
Perawatan
pertanaman kangkung untuk memperoleh tanaman kangkung yang segar dan bermutu
dapat diperoleh melalui pemberian pupuk atau melakukan kegiatan pemupukan pada
lahan kangkung. Pemupukan pada tanaman kangkung dilakukan dengan memberikan
pupuk dasar berupa pupuk kandang. Biasanya pupuk kandang diberikan seminggu
sebelum dilakukan penanaman kangkung dengan cara pupuk kandang dicampur dengan
tanah pada lahan atau bedeng yang telah disiapkan terlebih dahulu, pencampuran
diratakan agar diperoleh lahan siap tanam. Selain pupuk dasar, juga diberikan
pupuk urea dengan interval waktu satu minggu setelah tanam dan selanjutnya dua
minggu setelah pemberian pupuk dasar pertama tersebut.
Pada saat
pemberian pupuk urea tersebut, terlebih dahulu dicampur dengan air kemudian
disiramkan pada pangkal tanaman dengan menggunakan gembor atau ember penyiram.
Pada saat menebar pupuk (apabila menebarkan pupuk), perlu diperhatikan bahwa
jangan sampai ada butiran pupuk yang menempel atau tersangkut pada daun
kangkung, karena hal tersebut akan mengakibatkan daun menjadi layu. Hal yang
perlu diperhatikan juga sebelum diberikan pupuk tersebut, sebaiknya lahan
dikeringkan dahulu selama empat sampai lima hari kemudian diairi kembali,
setelah itu diberi pupuk dengan cara disiramkan pada tanaman kangkung tersebut.
Apabila pada
saat pemupukan ada butiran yang sempat menempel pada daun kangkung, butiran
pupuk tersebut dapat dibersihkan dengan sapu lidi dengan cara dikibas kibaskan
daunnya. Dosis pupuk kandang/ rabuk/ kompos yang diberikan pada setiap satu
hektar lahan disarankan 10 - 20 ton per hektar, dan pupuk urea sebanyak 100 -
250 kg per hektar. Kedua pupuk tersebut diberikan selama 2 minggu pertama sejak
kangkung ditanam.
Cara
pemupukan lain yang dapat dilakukan pada lahan yang sudah disiapkan bedengan
untuk lahan kangkung, antara lain tanah pada bedengan yang berukuran lebar 0,8
- 1,2 m, panjang 3 - 5 m, dalam atau ketinggian 15 - 20 cm dan jarak antar
bedeng 50 cm dengan membuat selokan, tanah pada bedengan tersebut diratakan
terlebih dahulu dan 3 (tiga hari) sebelum tanam diberikan pupuk kandang
(kotoran ayam) dengan takaran 20.000 kg per hektar atau apabila memberikan
pupuk kompos organik hasil fermentasi ( kotoran ayam yang telah difermentasi)
dengan dosis 4 kg/ m2. Sebagai starter dapat ditambahkan pupuk anorganik
sebanyak 150 kg per hektar urea (15 gr/ m2) pada umur 10 hari setelah tanam.
Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk urea diaduk dengan pupuk organik lalu
diberikan pada larikan disamping barisan tanaman dan jika perlu dapat pula
ditambahkan pupuk cair sebanyak 3 liter per hektar (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan
2 minggu setelah tanam.
Pupuk
susulan pertama berupa pupuk cair EM-4 dengan dosis 10 ml/1 liter air dan
diberikan setelah tanaman berumur 4 hari setelah tanam dengan cara disemprotkan
pada pertanaman kangkung. Pemupukan susulan kedua dan ketiga diberikan setelah
tanaman berumur 11-17 hari setelah tanam. Pemupukan susulan tersebut diberikan
dengan cara dan dosis pupuk yang sama seperti pemupukan susulan pertama. Apabila
ingin menambahkan pupuk organik cair, dapat juga diberikan dengan dosis 2 tutp
botol per 10 liter air. Larutan pupuk organik ini disemprot pada tanaman dengan
waktu pemberian setelah tanaman berumur 7-14 hari setelah tanam.
Tanaman
kangkung perlu mendapat perawatan selama dilahan, perawatan dilakukan melalui
kegiatan penyiraman di waktu pagi dan sore hari, terutama bila tidak ada hujan
turun. Pada musim kemarau penyiraman dapat diberikan agak lebih banyak
dibandingkan dengan kondisi di musim hujan. Untuk kegiatan penyiangan dapat
dilakukan jika tumbuh gulma untuk mengurangi kelembaban dan persaingan hara
tanah. Jika terjadi tanaman terserang hama dan penyakit, segera ditanggulangi
secara mekanis dengan cara mencabut dan atau membakar tanaman kangkung atau
lakukan penyemprotan dengan fungisida dan atau insektisida nabati. Guna menjaga
, atau pemeliharaan tanaman kangkung, agar selalu tumbuh subur sebaiknya
seminggu atau sebelum panen, tanaman dipupuk urea kembali.
4.
Proses persemaian
Tujuan penyemaian benih
adalah untuk mengurangi kematian akibat tanaman yang belum siap dengan kondisi
lapangan. Baik itu melindunginya dari cuaca ataupun gangguan lainnya. Hal pertama
yang harus disiapkan adalah media tanam. Sebagai tempat benih/biji berkecambah
media tanam ini harus terjamin dari segi ketersedian nutrisi, kelembaban dan
struktur baik. Media persemaian yang alami terdiri dari campuran tanah dan
bahan-bahan organik yang memiliki kandungan hara tinggi. Selain itu
ketersediaan air dalam media persemaian harus mencukupi atau tingkat kelembaban
yang relatif lebih tinggi dari areal tanam biasa.
Tanah yang baik untuk media persemaian diambil dari
bagian atas (top soil). Sebaiknya
ambil tanah dengan kedalaman tidak lebih dari 5 cm. Tanah yang baik merupakan
tanah hutan, atau tanah yang terdapat di bawah tanaman bambu. Tanah tersebut
memiliki karakteristik yang baik, terdiri dari campuran lempung dan pasir.
Lempung benrmanfaat sebagai perekat media tanam sedangkan pasir bermanfaat
untuk memberikan porositas yang baik. Untuk memperkaya kandungan hara bisa ditambahkan
dengan pupuk organik. Bisa berupa pupuk kandang yang telah matang atau pupuk
kompos. Hal yang penting adalah haluskan pupuk tersebut dengan cara diayak.
Struktur yang kasar tidak baik untuk pertumbuhan benih/biji yang baru
berkecambah karena perakarannya masih terlalu lembut. Campurkan bagian tanah dan pupuk
organik dengan rasio 1:1. Atau bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Cirinya, setelah dicampurkan ditambah air teksturnya bisa solid (bisa dikepal tidak
ambrol) namun tidak becek.
a.
Membuat media persemaian
berbentuk tray/polybag/cetak
1)
Campurkan tanah
bagian atas (top soil) dengan pupuk organik (pupuk kompos atau pupuk
kandang yang telah matang) komposisinya 1:1.
2)
Untuk persemaian
tray, masukkan campuran media tanam tersebut kedalam tray,
padatkan secukupnya agar media bisa mencengkrap tanaman. Tray sudah siap
untuk media tanam.
3)
Untuk persemaian
polybag, campurkan media tanam yang telah dibuat dengan arang sekam
dengan komposisi 1:1. Ambil polybag dengan ukuran yang disesuaikan
dengan ukuran bibit tanaman. Media persemaian polybag siap untuk
ditanami.
4)
Untuk persemaian
cetak, siram campuran media tanam yang telah dibuat tersebut dengan air
secukupnya. Air berfungsi untuk menyolidkan campuran agar mudah dibentuk dan
tidak ambrol. Kemudian gunakan cetakan untuk membentuk adonan menjadi bentuk
kotak-kotak kecil. Lubangi bagian atas kotak-kotak tersebut sedalam 1-2 cm
untuk memasukkan benih. Media persemaian siap ditanami.
b. Membuat media persemaian berbentuk bedengan
1)
Campurkan tanah
bagian atas (top soil) dengan pupuk organik dengan komposisi 1:1.
2)
Kemudian bentuk
bedengan dan letakan campuran tadi diatas permukaan bedengan. Ketebalan
campuran hendaknya 5-7 cm, ketebalan ini optimal untuk tanaman yang baru tumbuh.
3)
Siram bedengan
dengan air secukupnya dan tebarkan benih di atas bedengan tersebut.
4)
Buat tiang
penyangga atau bambu yang dilengkungkan, kemudian tutup bedengan dengan
paranet.
5)
Penutup bedengan
bisa dibuat permanen dengan paranet, atau dibuat dengan sistem tutup buka
dengan plastik bening. Sistem tutup buka berguna pada musim hujan agar tanaman
tidak terkena kucuran air hujan secara langsung.
5.
Penanaman bibit
Benih yang diperlukan sebanyak 8 -
8,5/ha. Pada saat benih mau ditanam, lakukan penyiraman atau pengairan lahan
hingga kondisi bedengan lembab. Buat alur-alur penanaman melintang di permukaan
bedengan dengan menggunakan sebilah bambu atau kayu yang dibuat lancip di
bagian ujungnya. Kedalaman alur 1,5 - 2 cm, jarak antar alur 15 - 17 cm. Tanam
benih di alur yang sudah dibuat. Dengan cara menebar benih di lubang alur
dengan kerapatan rata-rata 3 - 4 benih per 1 cm panjang alur. Timbun alur
penanaman dengan tanah tipis (0,5 cm). Idealnya penimbunan alur penanaman
menggunakan campuran tanah dan sekam padi dengan perbandingan 2:1.
6.
Pengairan
Pengairan tanaman kangkung sangat
diperlukan karena umur panen kangkung sangat singkat, yakni 20 - 30 HST. Oleh
karena itu optimalkan pengairan selama masa pertumbuhan tanaman. Pada awal
penanaman (sebelum benih tumbuh), lakukan pengairan dengan sistem leb, namun
bila pengairan dengan sistem leb tidak memungkinkan, lakukan penyiraman dengan
menggunakan gembor yang pancaran airnya halus agar benih yang tertanam tidak
berantakan. Setelah benih tumbuh dan tanaman sudah kuat, lakukan penyiraman
atau pengairan seperti biasa secara rutin agar kelembaban tanah stabil.
Penggunaan EMP dan pemupukan akan menunjukkan respon yang optimal jika
kelembaban tanah stabil selama pertumbuhan tanaman.
7.
Pengajiran
Pengajiran bertujuan untuk
menghasilkan kangkung dengan vigor kekar dan daun-daun yang lebar, sehingga
lebih menarik dan daya tahan kesegaran relatif lebih lama. Penjarangan tanaman
dilakukan jika pertumbuhan terlalu rapat, dan bila pertumbuhan tanaman terlalu
rapat, maka tanaman cenderung tumbuh tinggi dengan diameter batang dan lebar
daun yang terlalu kecil (etiolasi). Usahakan kerapatan tanaman sekitar 1 - 2
tanaman per 1 cm panjang alur penanaman. Jika tanaman harus dijarangkan,
lakukan sebelum pemupukan kimia susulan, yakni sebelum tanaman berumur 10 - 15
HST. Caranya dengan mencabut tanaman yang paling kecil di antara rumpun tanaman
di alur-alur yang tampak terlalu rapat;
8.
Pemangkasan
Sebelum dilakukan
pemangkasan perlu dilakukan pendagiran. Pendangiran bertujuan untuk
memperbaiki porositas tanah dan kegemburan agregat tanah agar tanaman bisa
tumbuh dengan semburna. Biasanya pendangiran dilakukan menggunakan kored,
semacam cangkul kecil dengan lebar 8 - 10 cm. Lakukan pendangiran tanah di
antara alur penanaman saat tanaman berumur 10 - 15 HST atau setelah penjarangan
tanaman. Pemangkasan bertujuan untuk mencegah terjadinya perebutan unsur hara
di dalam tanah antara kangkung dan gulma. Selain itu kegiatan ini juga untuk
menekan perkembangan hama dan penyakit tanaman. Lakukan penyiangan pada umur 10
-15 HST bersamaan dengan pendangiran.
9.
Pengendalian Organisme Penganggu
Tanaman
a)
Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah terjadi over populasi, semprotkan Sevin atau sejenisnya. Untuk memberantas ulat daun ini digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman. Pada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah terjadi over populasi, semprotkan Sevin atau sejenisnya. Untuk memberantas ulat daun ini digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman. Pada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
b)
Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan sedikit perlindungan.
Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae). Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45 atau Benlate, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan sedikit perlindungan.
Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae). Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45 atau Benlate, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.
10.
Pemanenan Hasil Tanaman
Panen kangkung merupakan pekerjaan
akhir dari budidaya tanaman kangkung tetapi merupakan pekerjaan awal dari
kegiatan pascapanen, diantaranya persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran
komoditi kangkung. Pada dasarnya tujuan perlakuan panen adalah untuk mengumpulkan
komoditas dari lahan penanaman pada taraf kematangan yang tepat dengan
kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dengan biaya operasional
serendah mungkin dan efisien. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, perlu
memperhatikan waktu panen yang tepat dan melakukan penanganan panen yang baik.
a)
Penentuan Waktu Panen
Penentuan waktu panen pada tanaman
kangkung ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
1)
Tanaman kangkung sudah berumur 1
(satu) bulan sejak benih ditebarkan, untuk beberapa varietas ditandai dengan
umur panen yang berbeda seperti pada varietas kangkung darat biasanya pada umur
12 hari sudah mulai dipangkas. Beberapa varietas ideal dipanen pada 27 - 30
hari setelah panen. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari.
2)
Ukuran panjang batang tanaman
kangkung rata-rata sudah mencapai 20-25 cm tergantung varietasnya.
3)
Panen pertama sudah
bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang
batang kira-kira 20-25 cm.
4)
Ada pula yang mulai
memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman.
5)
Panen dilakukan pada
sore hari.
6)
Panen kangkung darat
dilakukan pada umur 27 hari.
7) Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan
terbentuk cabang-cabang baru.
b) Cara Panen
1)
Cara pemanenan kangkung air hampir
sama dengan kangkung darat. Cara memanen, pangkas batangnya dengan menyisakan
sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua.
2)
Panenan dilakukan dengan cara
memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar.
Dengan menggunakan alat pemotong.
3)
Pemungutan hasil kangkung darat
dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam
air. Selama dilakukan proses panen, lahan penanaman harus tetap basah tapi
tidak berair, atau dalam keadaan lembab.
4)
Cara pemanenan
kangkung air hampir sama dengan kangkung darat.
5)
Setelah 5 kali panen
atau 10-11 kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
6)
Jika sudah terlihat
berbunga, sisakan ± 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang
kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan.
7) Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha
sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m2.
11.
Penanganan Pasca Panen
Pasca panen kangkung dilakukan mulai
dari pengumpulan potongan kangkung setelah dipanen, penyortiran dan grading,
penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan.
Kegiatan pascapanen kangkung secara
lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)
Pengumpulan, seluruh
batang kangkung yang sudah dipotong atau dicabut lalu dikumpulkan pada tempat
teduh yang ada naungannya dan diberi alas. Tempat khusus dan strategis seperti
gudang penyimpanan hasil, dipinggir kebun/ lahan yang teduh dapat juga dipergunakan.
b)
Pembersihan, bersihkan
tiap batang dari kotoran yang melekat pada daun, tangkai dan batang serta akar
dari tanah yang menempel, sisakan tangkai daun sesuai kebutuhan.
c)
Pencucian, lakukan
pencucian batang kangkung terpilih dengan air bersih yang mengalir, atau cara
lain dengan memasukkan batang kangkung tersebut kedalam bak pencuci kemudian
disemprot dengan air bersih baru. Pencucian dimaksudkan juga untuk mengurangi
residu pestisida yang masih terbawa pada tanaman kangkung.
d)
Penirisan, kangkung
yang sudah dicuci lalu ditiriskan agar air yang tersisa dapat turun dengan
baik, dapat menggunakan rak- rak penirisan.
e)
Penyortiran dan
grading, kumpulan kangkung terpilih tersebut dipisahkan antara batang dengan
daun yang sehat, daun utuh dan warna hijau dari daun serta batang yang rusak,
busuk, dan cacat secara tersendiri. Kangkung hasil grading dikumpulkan dan
kemudian disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan. Kemudian
kangkung terpilih dan baik diklasifikasikan atau di grading berdasarkan ukuran
dan bentuknya yang seragam atau sesuai SNI kangkung. SNI kangkung No. 7387-2009
menyatakan batas maksimum cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam sayuran
adalah 0,5 μg/g untuk timbal dan 0,2 μg/g untuk kadmium.
f)
Penyimpanan, kangkung
dimasukkan kedalam wadah dan disimpan dalam ruangan dengan suhu dingin dan
berventilasi atau cukup sirkulasi udaranya. Dalam penyimpanan (sebelum
dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat celupkan dalam
air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.
g)
Pengemasan dan
pengangkutan, kangkung diikat menjadi ikatan-ikatan dengan berat tertentu,
sehingga mudah dan praktis untuk diangkut dan disimpan. Ikatan kangkung siap
diangkut menuju pasar dengan menggunakan alat angkut yang tersedia di pelaku
usaha. Kemasan kangkung untuk tujuan pasar swalayan dan Supermarket bahkan
Hypermarket di kota -kota besar, biasanya kangkung dikemas menggunakan kantong
plastik dengan berbagai ukuran berat sesuai pesanan, misalnya 100 gram, 200
gram.
12.
Pemasaran Hasil Panen
Kegiatan akhir dari
proses budidaya kangkung berujung pada kegiatan pemasarannya, melalui berbagai
cara didistribusikan langsung ke tempat makan, warung, restaurant, kios dan
rumah tangga. Proses pemasaran memerlukan transportasi untuk menjangkau tempat
- tempat jual tersebut, sehingga dapat mengadakan proses jual beli dengan
konsumen. Untuk itu proses pemasaran perlu didukung oleh tenaga kerja serta
sarana bahan bakar seperti bensin/ solar.
Pemilihan waktu
pemasaran dari tanaman kangkung dilakukan pada pagi hari setelah dilakukan
panen dan pasca panen, hal ini tidak dilakukan siang hari dikarenakan proses
transpirasi tanaman pada umumnya sangat tinggi pada waktu ini. Dalam kegiatan
pemasaran kangkung organik ini menggunakan teknik saluran distribusi pada
warung atau tempat makan dan kios rumah tangga yang dilakukan dengan distribusi
langsung yaitu dari produsen langsung ke konsumen. Melalui cara distribusi
langsung menggunakan strategi promosi Personal Selling dilakukan pendekatan
pemasaran dengan cara pembicaraan langsung antara penjual dengan satu atau
lebih konsumen (face to face), sehingga penjual dapat menjelaskan informasi
produknya secara terperinci.
Tahapan pasca panen
sangat menentukan untuk meningkatkan daya tarik komoditi kangkung serta
memerlukan strategi untuk menarik konsumen. Untuk menjaga kesegaran kangkung
sampai ditangan konsumen dibutuhkan waktu yang relative cepat dan singkat agar
cepat terjual dan diterima konsumen akhir masih dalam kondisi segar.
Pengemasan kangkung
dilakukan dengan menggunakan pengemasan ke dalam kantong plastik atau teknik
pengikatan menggunakan tali temali pada kurang lebih 100 gram atau sesuai
permintaan konsumennya. Setelah dikemas, lalu segera dipasarkan langsung kepada
konsumen sesuai dengan strata penyalurannya. Waktu pemasarannya, sesaat setelah
pemanenan dan pengemasan kangkung untuk memperkecil kemungkinan kelayuan atau
kebusukan kangkung sebelum proses pemasaran dan jual-beli berlangsung.
Untuk tahap pemasaran yang menjadi kendala antara lain sulitnya mencari
sasaran konsumen atau tempat penjualan dan nilai jual yang baik, disamping itu
harus bersaing dengan pemasaran kangkung organik. Pada umumnya konsumen lebih
menyukai kangkung yang dibudidayakan secara anorganik karena dari segi harga
lebih murah.
Penjualan komoditi
kangkung dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung jarak kebun dengan
sasaran pasarnya atau tingkatan/ segmen pasar yang dituju.
Adapun teknik/ cara
penjualan disarankan sebagai berikut:
a)
Penjualan secara
langsung di kebun/ lahan kangkung, cara ini biasa disebut sebagai Farm gate
sale. Penjualan dimungkinkan apabila kebun mudah dijangkau oleh konsumen,
sehingga penjualan langsung dilakukan di area kebun.Adapun sebagai sasarannya
adalah konsumen akhir.
b)
Memetik sendiri,
disebut sebagai pick your own, biasanya program agrowisata dapat mendukung
teknik penjualan seperti ini. Konsumen datang dan memetik sendiri kangkung nya,
kemudian ditimbang dan dinilai harganya. Diharapkan kangkung yang dipetik sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
c)
Penjualan langsung,
atau dikenal istilahnya Direct selling, penjualan dilakukan langsung melalui
kelompok-kelompok rumah tangga, seperti yang dilakukan oleh beberapa komoditi
organik. Teknik penjualan ini biasanya mempunyai konsumen tersendiri dengan
grade tersendiri. Disini diperlukan perencanaan waktu atau jadwal tanam sesuai
dengan permintaan konsumen.
d)
Tempat khusus di pasar
ritel, kangkung dapat dipasarkan melalui swalayan, hypermart melalui bagian
purchase di pasar modern.
e)
Pemasaran kangkung
bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara petani dan pedagang sayuran yang
ada di pasar-pasar besar. Dan nantinya dari pasar-pasar besar tersebut yang
menjadi tempat kulakan para pedagang sayur pasar-pasar kecil di berbagai daerah
sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar