Kamis, 09 April 2015

BUDIDAYA KANGKUNG

    Budidaya kangkung pada umumnya dapat dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja karena kangkung dapat tumbuh di daerah perairan atau darat tergantung jenis kangkung itu sendiri. Namun untuk memperoleh kangkung dengan kualitas yang baik diperlukan langkah budidaya yang baik dan benar, diantaranya dengan langkah:
1.     Pengolahan Tanah
Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari rumput, gulma dan sisa tanaman dari periode tanam sebelumnya. Bila pH tanah kurang dari 4,5, lakukan pengapuran lahan dengan menggunakan perbandingan minimum 1 ton kapur pertanian per hektar, taburkan kapur secara merata ke seluruh areal penanaman. Kemudian bajak atau cangkul lahan untuk membalik dan memecah agregat tanah sedalam 20-30 cm supaya gembur.
2.        Pembuatan Bedengan
Bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm.
3.        Pemberian Pupuk
Perawatan pertanaman kangkung untuk memperoleh tanaman kangkung yang segar dan bermutu dapat diperoleh melalui pemberian pupuk atau melakukan kegiatan pemupukan pada lahan kangkung. Pemupukan pada tanaman kangkung dilakukan dengan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang. Biasanya pupuk kandang diberikan seminggu sebelum dilakukan penanaman kangkung dengan cara pupuk kandang dicampur dengan tanah pada lahan atau bedeng yang telah disiapkan terlebih dahulu, pencampuran diratakan agar diperoleh lahan siap tanam. Selain pupuk dasar, juga diberikan pupuk urea dengan interval waktu satu minggu setelah tanam dan selanjutnya dua minggu setelah pemberian pupuk dasar pertama tersebut.
Pada saat pemberian pupuk urea tersebut, terlebih dahulu dicampur dengan air kemudian disiramkan pada pangkal tanaman dengan menggunakan gembor atau ember penyiram. Pada saat menebar pupuk (apabila menebarkan pupuk), perlu diperhatikan bahwa jangan sampai ada butiran pupuk yang menempel atau tersangkut pada daun kangkung, karena hal tersebut akan mengakibatkan daun menjadi layu. Hal yang perlu diperhatikan juga sebelum diberikan pupuk tersebut, sebaiknya lahan dikeringkan dahulu selama empat sampai lima hari kemudian diairi kembali, setelah itu diberi pupuk dengan cara disiramkan pada tanaman kangkung tersebut.
Apabila pada saat pemupukan ada butiran yang sempat menempel pada daun kangkung, butiran pupuk tersebut dapat dibersihkan dengan sapu lidi dengan cara dikibas kibaskan daunnya. Dosis pupuk kandang/ rabuk/ kompos yang diberikan pada setiap satu hektar lahan disarankan 10 - 20 ton per hektar, dan pupuk urea sebanyak 100 - 250 kg per hektar. Kedua pupuk tersebut diberikan selama 2 minggu pertama sejak kangkung ditanam.
Cara pemupukan lain yang dapat dilakukan pada lahan yang sudah disiapkan bedengan untuk lahan kangkung, antara lain tanah pada bedengan yang berukuran lebar 0,8 - 1,2 m, panjang 3 - 5 m, dalam atau ketinggian 15 - 20 cm dan jarak antar bedeng 50 cm dengan membuat selokan, tanah pada bedengan tersebut diratakan terlebih dahulu dan 3 (tiga hari) sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan takaran 20.000 kg per hektar atau apabila memberikan pupuk kompos organik hasil fermentasi ( kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/ m2. Sebagai starter dapat ditambahkan pupuk anorganik sebanyak 150 kg per hektar urea (15 gr/ m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk urea diaduk dengan pupuk organik lalu diberikan pada larikan disamping barisan tanaman dan jika perlu dapat pula ditambahkan pupuk cair sebanyak 3 liter per hektar (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.
Pupuk susulan pertama berupa pupuk cair EM-4 dengan dosis 10 ml/1 liter air dan diberikan setelah tanaman berumur 4 hari setelah tanam dengan cara disemprotkan pada pertanaman kangkung. Pemupukan susulan kedua dan ketiga diberikan setelah tanaman berumur 11-17 hari setelah tanam. Pemupukan susulan tersebut diberikan dengan cara dan dosis pupuk yang sama seperti pemupukan susulan pertama. Apabila ingin menambahkan pupuk organik cair, dapat juga diberikan dengan dosis 2 tutp botol per 10 liter air. Larutan pupuk organik ini disemprot pada tanaman dengan waktu pemberian setelah tanaman berumur 7-14 hari setelah tanam.
Tanaman kangkung perlu mendapat perawatan selama dilahan, perawatan dilakukan melalui kegiatan penyiraman di waktu pagi dan sore hari, terutama bila tidak ada hujan turun. Pada musim kemarau penyiraman dapat diberikan agak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi di musim hujan. Untuk kegiatan penyiangan dapat dilakukan jika tumbuh gulma untuk mengurangi kelembaban dan persaingan hara tanah. Jika terjadi tanaman terserang hama dan penyakit, segera ditanggulangi secara mekanis dengan cara mencabut dan atau membakar tanaman kangkung atau lakukan penyemprotan dengan fungisida dan atau insektisida nabati. Guna menjaga , atau pemeliharaan tanaman kangkung, agar selalu tumbuh subur sebaiknya seminggu atau sebelum panen, tanaman dipupuk urea kembali.
4.        Proses persemaian
Tujuan penyemaian benih adalah untuk mengurangi kematian akibat tanaman yang belum siap dengan kondisi lapangan. Baik itu melindunginya dari cuaca ataupun gangguan lainnya. Hal pertama yang harus disiapkan adalah media tanam. Sebagai tempat benih/biji berkecambah media tanam ini harus terjamin dari segi ketersedian nutrisi, kelembaban dan struktur baik. Media persemaian yang alami terdiri dari campuran tanah dan bahan-bahan organik yang memiliki kandungan hara tinggi. Selain itu ketersediaan air dalam media persemaian harus mencukupi atau tingkat kelembaban yang relatif lebih tinggi dari areal tanam biasa.
Tanah yang baik untuk media persemaian diambil dari bagian atas (top soil). Sebaiknya ambil tanah dengan kedalaman tidak lebih dari 5 cm. Tanah yang baik merupakan tanah hutan, atau tanah yang terdapat di bawah tanaman bambu. Tanah tersebut memiliki karakteristik yang baik, terdiri dari campuran lempung dan pasir. Lempung benrmanfaat sebagai perekat media tanam sedangkan pasir bermanfaat untuk memberikan porositas yang baik. Untuk memperkaya kandungan hara bisa ditambahkan dengan pupuk organik. Bisa berupa pupuk kandang yang telah matang atau pupuk kompos. Hal yang penting adalah haluskan pupuk tersebut dengan cara diayak. Struktur yang kasar tidak baik untuk pertumbuhan benih/biji yang baru berkecambah karena perakarannya masih terlalu lembut. Campurkan bagian tanah dan pupuk organik dengan rasio 1:1. Atau bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Cirinya, setelah dicampurkan ditambah air teksturnya bisa solid (bisa dikepal tidak ambrol) namun tidak becek.
a.       Membuat media persemaian berbentuk tray/polybag/cetak
1)      Campurkan tanah bagian atas (top soil) dengan pupuk organik (pupuk kompos atau pupuk kandang yang telah matang) komposisinya 1:1.
2)      Untuk persemaian tray, masukkan campuran media tanam tersebut kedalam tray, padatkan secukupnya agar media bisa mencengkrap tanaman. Tray sudah siap untuk media tanam.
3)      Untuk persemaian polybag, campurkan media tanam yang telah dibuat dengan arang sekam dengan komposisi 1:1. Ambil polybag dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bibit tanaman. Media persemaian polybag siap untuk ditanami.
4)      Untuk persemaian cetak, siram campuran media tanam yang telah dibuat tersebut dengan air secukupnya. Air berfungsi untuk menyolidkan campuran agar mudah dibentuk dan tidak ambrol. Kemudian gunakan cetakan untuk membentuk adonan menjadi bentuk kotak-kotak kecil. Lubangi bagian atas kotak-kotak tersebut sedalam 1-2 cm untuk memasukkan benih. Media persemaian siap ditanami.
b.      Membuat media persemaian berbentuk bedengan
1)      Campurkan tanah bagian atas (top soil) dengan pupuk organik dengan komposisi 1:1.
2)      Kemudian bentuk bedengan dan letakan campuran tadi diatas permukaan bedengan. Ketebalan campuran hendaknya 5-7 cm, ketebalan ini optimal untuk tanaman yang baru tumbuh.
3)      Siram bedengan dengan air secukupnya dan tebarkan benih di atas bedengan tersebut.
4)      Buat tiang penyangga atau bambu yang dilengkungkan, kemudian tutup bedengan dengan paranet.
5)   Penutup bedengan bisa dibuat permanen dengan paranet, atau dibuat dengan sistem tutup buka dengan plastik bening. Sistem tutup buka berguna pada musim hujan agar tanaman tidak terkena kucuran air hujan secara langsung.
5.        Penanaman bibit
Benih yang diperlukan sebanyak 8 - 8,5/ha. Pada saat benih mau ditanam, lakukan penyiraman atau pengairan lahan hingga kondisi bedengan lembab. Buat alur-alur penanaman melintang di permukaan bedengan dengan menggunakan sebilah bambu atau kayu yang dibuat lancip di bagian ujungnya. Kedalaman alur 1,5 - 2 cm, jarak antar alur 15 - 17 cm. Tanam benih di alur yang sudah dibuat. Dengan cara menebar benih di lubang alur dengan kerapatan rata-rata 3 - 4 benih per 1 cm panjang alur. Timbun alur penanaman dengan tanah tipis (0,5 cm). Idealnya penimbunan alur penanaman menggunakan campuran tanah dan sekam padi dengan perbandingan 2:1.
6.        Pengairan
Pengairan tanaman kangkung sangat diperlukan karena umur panen kangkung sangat singkat, yakni 20 - 30 HST. Oleh karena itu optimalkan pengairan selama masa pertumbuhan tanaman. Pada awal penanaman (sebelum benih tumbuh), lakukan pengairan dengan sistem leb, namun bila pengairan dengan sistem leb tidak memungkinkan, lakukan penyiraman dengan menggunakan gembor yang pancaran airnya halus agar benih yang tertanam tidak berantakan. Setelah benih tumbuh dan tanaman sudah kuat, lakukan penyiraman atau pengairan seperti biasa secara rutin agar kelembaban tanah stabil. Penggunaan EMP dan pemupukan akan menunjukkan respon yang optimal jika kelembaban tanah stabil selama pertumbuhan tanaman.
7.        Pengajiran
Pengajiran bertujuan untuk menghasilkan kangkung dengan vigor kekar dan daun-daun yang lebar, sehingga lebih menarik dan daya tahan kesegaran relatif lebih lama. Penjarangan tanaman dilakukan jika pertumbuhan terlalu rapat, dan bila pertumbuhan tanaman terlalu rapat, maka tanaman cenderung tumbuh tinggi dengan diameter batang dan lebar daun yang terlalu kecil (etiolasi). Usahakan kerapatan tanaman sekitar 1 - 2 tanaman per 1 cm panjang alur penanaman. Jika tanaman harus dijarangkan, lakukan sebelum pemupukan kimia susulan, yakni sebelum tanaman berumur 10 - 15 HST. Caranya dengan mencabut tanaman yang paling kecil di antara rumpun tanaman di alur-alur yang tampak terlalu rapat;
8.        Pemangkasan
Sebelum dilakukan pemangkasan perlu dilakukan pendagiran. Pendangiran bertujuan untuk memperbaiki porositas tanah dan kegemburan agregat tanah agar tanaman bisa tumbuh dengan semburna. Biasanya pendangiran dilakukan menggunakan kored, semacam cangkul kecil dengan lebar 8 - 10 cm. Lakukan pendangiran tanah di antara alur penanaman saat tanaman berumur 10 - 15 HST atau setelah penjarangan tanaman. Pemangkasan bertujuan untuk mencegah terjadinya perebutan unsur hara di dalam tanah antara kangkung dan gulma. Selain itu kegiatan ini juga untuk menekan perkembangan hama dan penyakit tanaman. Lakukan penyiangan pada umur 10 -15 HST bersamaan dengan pendangiran.
9.        Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman
a)         Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah terjadi over populasi, semprotkan Sevin atau sejenisnya. Untuk memberantas ulat daun ini digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman. Pada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
b)        Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan sedikit perlindungan.
Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae). Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45 atau Benlate, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.
10.    Pemanenan Hasil Tanaman
Panen kangkung merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman kangkung tetapi merupakan pekerjaan awal dari kegiatan pascapanen, diantaranya persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran komoditi kangkung. Pada dasarnya tujuan perlakuan panen adalah untuk mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman pada taraf kematangan yang tepat dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dengan biaya operasional serendah mungkin dan efisien. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, perlu memperhatikan waktu panen yang tepat dan melakukan penanganan panen yang baik.
a)    Penentuan Waktu Panen
Penentuan waktu panen pada tanaman kangkung ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
1)      Tanaman kangkung sudah berumur 1 (satu) bulan sejak benih ditebarkan, untuk beberapa varietas ditandai dengan umur panen yang berbeda seperti pada varietas kangkung darat biasanya pada umur 12 hari sudah mulai dipangkas. Beberapa varietas ideal dipanen pada 27 - 30 hari setelah panen. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari.
2)      Ukuran panjang batang tanaman kangkung rata-rata sudah mencapai 20-25 cm tergantung varietasnya.
3)      Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm.
4)      Ada pula yang mulai memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman.
5)      Panen dilakukan pada sore hari.
6)      Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari.
7)      Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru.
b)   Cara Panen
1)      Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat. Cara memanen, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua.
2)      Panenan dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Dengan menggunakan alat pemotong.
3)      Pemungutan hasil kangkung darat dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam air. Selama dilakukan proses panen, lahan penanaman harus tetap basah tapi tidak berair, atau dalam keadaan lembab.
4)      Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat.
5)      Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
6)      Jika sudah terlihat berbunga, sisakan ± 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan.
7)      Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m2.
11.    Penanganan Pasca Panen
Pasca panen kangkung dilakukan mulai dari pengumpulan potongan kangkung setelah dipanen, penyortiran dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan.
Kegiatan pascapanen kangkung secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)         Pengumpulan, seluruh batang kangkung yang sudah dipotong atau dicabut lalu dikumpulkan pada tempat teduh yang ada naungannya dan diberi alas. Tempat khusus dan strategis seperti gudang penyimpanan hasil, dipinggir kebun/ lahan yang teduh dapat juga dipergunakan.
b)        Pembersihan, bersihkan tiap batang dari kotoran yang melekat pada daun, tangkai dan batang serta akar dari tanah yang menempel, sisakan tangkai daun sesuai kebutuhan.
c)         Pencucian, lakukan pencucian batang kangkung terpilih dengan air bersih yang mengalir, atau cara lain dengan memasukkan batang kangkung tersebut kedalam bak pencuci kemudian disemprot dengan air bersih baru. Pencucian dimaksudkan juga untuk mengurangi residu pestisida yang masih terbawa pada tanaman kangkung.
d)        Penirisan, kangkung yang sudah dicuci lalu ditiriskan agar air yang tersisa dapat turun dengan baik, dapat menggunakan rak- rak penirisan.
e)         Penyortiran dan grading, kumpulan kangkung terpilih tersebut dipisahkan antara batang dengan daun yang sehat, daun utuh dan warna hijau dari daun serta batang yang rusak, busuk, dan cacat secara tersendiri. Kangkung hasil grading dikumpulkan dan kemudian disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan. Kemudian kangkung terpilih dan baik diklasifikasikan atau di grading berdasarkan ukuran dan bentuknya yang seragam atau sesuai SNI kangkung. SNI kangkung No. 7387-2009 menyatakan batas maksimum cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam sayuran adalah 0,5 μg/g untuk timbal dan 0,2 μg/g untuk kadmium.
f)         Penyimpanan, kangkung dimasukkan kedalam wadah dan disimpan dalam ruangan dengan suhu dingin dan berventilasi atau cukup sirkulasi udaranya. Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat celupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.
g)        Pengemasan dan pengangkutan, kangkung diikat menjadi ikatan-ikatan dengan berat tertentu, sehingga mudah dan praktis untuk diangkut dan disimpan. Ikatan kangkung siap diangkut menuju pasar dengan menggunakan alat angkut yang tersedia di pelaku usaha. Kemasan kangkung untuk tujuan pasar swalayan dan Supermarket bahkan Hypermarket di kota -kota besar, biasanya kangkung dikemas menggunakan kantong plastik dengan berbagai ukuran berat sesuai pesanan, misalnya 100 gram, 200 gram.
12.    Pemasaran Hasil Panen
Kegiatan akhir dari proses budidaya kangkung berujung pada kegiatan pemasarannya, melalui berbagai cara didistribusikan langsung ke tempat makan, warung, restaurant, kios dan rumah tangga. Proses pemasaran memerlukan transportasi untuk menjangkau tempat - tempat jual tersebut, sehingga dapat mengadakan proses jual beli dengan konsumen. Untuk itu proses pemasaran perlu didukung oleh tenaga kerja serta sarana bahan bakar seperti bensin/ solar.
Pemilihan waktu pemasaran dari tanaman kangkung dilakukan pada pagi hari setelah dilakukan panen dan pasca panen, hal ini tidak dilakukan siang hari dikarenakan proses transpirasi tanaman pada umumnya sangat tinggi pada waktu ini. Dalam kegiatan pemasaran kangkung organik ini menggunakan teknik saluran distribusi pada warung atau tempat makan dan kios rumah tangga yang dilakukan dengan distribusi langsung yaitu dari produsen langsung ke konsumen. Melalui cara distribusi langsung menggunakan strategi promosi Personal Selling dilakukan pendekatan pemasaran dengan cara pembicaraan langsung antara penjual dengan satu atau lebih konsumen (face to face), sehingga penjual dapat menjelaskan informasi produknya secara terperinci.
Tahapan pasca panen sangat menentukan untuk meningkatkan daya tarik komoditi kangkung serta memerlukan strategi untuk menarik konsumen. Untuk menjaga kesegaran kangkung sampai ditangan konsumen dibutuhkan waktu yang relative cepat dan singkat agar cepat terjual dan diterima konsumen akhir masih dalam kondisi segar.
Pengemasan kangkung dilakukan dengan menggunakan pengemasan ke dalam kantong plastik atau teknik pengikatan menggunakan tali temali pada kurang lebih 100 gram atau sesuai permintaan konsumennya. Setelah dikemas, lalu segera dipasarkan langsung kepada konsumen sesuai dengan strata penyalurannya. Waktu pemasarannya, sesaat setelah pemanenan dan pengemasan kangkung untuk memperkecil kemungkinan kelayuan atau kebusukan kangkung sebelum proses pemasaran dan jual-beli berlangsung.
Untuk tahap pemasaran yang menjadi kendala antara lain sulitnya mencari sasaran konsumen atau tempat penjualan dan nilai jual yang baik, disamping itu harus bersaing dengan pemasaran kangkung organik. Pada umumnya konsumen lebih menyukai kangkung yang dibudidayakan secara anorganik karena dari segi harga lebih murah.
Penjualan komoditi kangkung dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung jarak kebun dengan sasaran pasarnya atau tingkatan/ segmen pasar yang dituju.
Adapun teknik/ cara penjualan disarankan sebagai berikut:
a)         Penjualan secara langsung di kebun/ lahan kangkung, cara ini biasa disebut sebagai Farm gate sale. Penjualan dimungkinkan apabila kebun mudah dijangkau oleh konsumen, sehingga penjualan langsung dilakukan di area kebun.Adapun sebagai sasarannya adalah konsumen akhir.
b)        Memetik sendiri, disebut sebagai pick your own, biasanya program agrowisata dapat mendukung teknik penjualan seperti ini. Konsumen datang dan memetik sendiri kangkung nya, kemudian ditimbang dan dinilai harganya. Diharapkan kangkung yang dipetik sesuai dengan kebutuhan konsumen.
c)         Penjualan langsung, atau dikenal istilahnya Direct selling, penjualan dilakukan langsung melalui kelompok-kelompok rumah tangga, seperti yang dilakukan oleh beberapa komoditi organik. Teknik penjualan ini biasanya mempunyai konsumen tersendiri dengan grade tersendiri. Disini diperlukan perencanaan waktu atau jadwal tanam sesuai dengan permintaan konsumen.
d)        Tempat khusus di pasar ritel, kangkung dapat dipasarkan melalui swalayan, hypermart melalui bagian purchase di pasar modern.

e)         Pemasaran kangkung bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara petani dan pedagang sayuran yang ada di pasar-pasar besar. Dan nantinya dari pasar-pasar besar tersebut yang menjadi tempat kulakan para pedagang sayur pasar-pasar kecil di berbagai daerah sekitar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar