Jumat, 10 April 2015

BUDIDAYA SINGKONG

A.    Menganalisis Lingkup karakteristik dan persyaratan tumbuh tanaman
        Ketela pohon atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu (nama sekelompok pohon yang memiliki ketinggian di bawah 6 m/20 kaki) tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Tanaman singkong memiliki akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan disimpan terlalu lama meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia.
Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.

Berikut ini adalah syarat tumbuhnya tanaman singkong:
1.1 Iklim
  a)      Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
  b)      Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 °C. Bila suhunya di bawah 10 °C           menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan                 bunga yang kurang sempurna.
  c)      Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
  d)      Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk           kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

1.2. Media Tanam
  a)      Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
  b)      Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
  c)      Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

1.3 Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

B.    Menganalisis Teknik pengolahan tanah
       Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi tanah yang tadinya padat menjadi lebih gembur, membersihkan kebun yang akan ditanami dari gulma, dan sebagai bagian dari kegiatan sanitasi atau kebersihan lingkungan, sehingga tempat hidupnya sumber-sumber penyakit dan hama dapat dibersihkan.
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau bajak. Untuk areal yang luas, sebaiknya digunakan traktor. Setelah tanah diolah dan dibersihkan, selanjutnya dibuat bedengan dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pemupukan dan penyiangan.
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCOS). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

C.     Menganalisis Teknik pembuatan bedengan
        Bedengan adalah gundukan tanah yang sengaja dibuat untuk menanam tanaman sayuran dengan lebar dan tinggi tertentu.  Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
Jarak tanam untuk penanaman dalam bedengan adalah 50 cm antar tanaman dalam bedengan yang bejarak 1 m, penanaman pada lahan datar lebih sering dengan jarak tanam persegi, yaitu sekitar 80-100 cm.
Pembentukan bedengan ditujukan untuk memudahkan pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman itu sendiri.

D.    Menganalisis Teknik pemberian pupuk dasar dan susulan tanaman sayur
        Pemupukan perlu dilakukan dengan Pupuk Kandang yang telah diolah terlebih dahulu dengan POLA HCS. Jika pupuk kandang berasal dari ternak yang belum menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar sebanyak 2 ton. Namun jika kotoran berasal dari ternak yang telah menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar hanya 8 kwintal.
Adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut :
1.      Taburkan Bokashi pada setiap lubang 3 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari.
2.      Semprot dengan SOT HCS pada tiap lubang 1 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari (8 tutup botol SOT HCS dicampur dengan 14 liter air dan gula pasir 3 sendok makan dan diamkan terlebih dahulu selama 15 menit sebelum dikocorkan).
3.      Lakukan penyemprotan/pengocoran SOT HCS pada saat 7 HST.
4.       Selanjutnya lakukan dengan interval 2 minggu sampai usia 3 bulan HST.
5.      Setelah itu lakukan setiap 1 bulan 1 kali sampai panen.
Cara lain pemberian pupuk adalah:
·         Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea dan KCl, serta seluruh dosis SP-36 diberikan pada saat tanam.
·         Pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur 3 - 4 bulan.

E.     Menganalisis Teknik dasar persemaian
-

F.     Menganalisis teknik penanaman bibit
a.   Penentuan Pola Tanam
Pola tanam ada yang dengan sistem monokultur, yaitu penanaman satu jenis tanaman dalam satu lahan, dan ada yang sistem tumpangsari, yakni penanaman dua atau lebih jenis tanaman dalam satu lahan. Pola tanam harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak antar tanaman yang umum digunakan pada pola monokultur yaitu 100 x 100 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari, jarak tanam yang dapat digunakan adalah 150 x 150 cm atau 200 x 200 cm.
b.   Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung atas stek ubi kayu untuk menghindari tergenangnya air di batang agar tidak terjadi pembusukkan atau menghindari patogen penyakit yang biasanya menyukai tempat-tempat yang lembab.  Stek batang kemudian ditanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.  Lakukan pemberian pupuk pada saat penanaman.  Pupuk yang digunakan sebagai pupuk dasar ini biasanya adalah pupuk kandang.  Pupuk diberikan di sekeliling tanaman dengan diameter sekitar 100 cm.  Tanah disekeliling tanaman digali atau dibuat parit kecil.   Kemudian pupuk ditaburkan  ke dalam parit tersebut. Setelah itu ditutup dengan tanah dari bekas galian tadi.

G.    Menganalisis teknik pengairan
        Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

H.    Menganalisis teknik pengajiran
-

I.       Mengevaluasi teknik pemangkasan tanaman sayuran
        Pada budidaya tanaman ubi kayu perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas, karena minimal setiap pohon hanya mempunyai dua atau tiga cabang. Hal ini dilakukan agar batang ubi kayu tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang. Selain itu, konsentrasi pertumbuhan tanaman ubi kayu akan lebih mengarah pada pembentukan umbi, bukan daun. Kecuali dalam pembudidayaan  dengan tujuan untuk dipetik tunasnya.

J.        Mengevaluasi teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman
         Lakukan penyemprotan dengan PHEFOC HCS untuk antisipasi dan pencegahan cukup 1  bulan 1 kali. Jika ada gejala terserang OPT maka penyemprotan dengan PHEFOC dapat dilakukan 2 minggu sekali (waktu penyemprotan harus berbeda dengan penyemprotan SOT HCS).
Beberapa jenis OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang mengganggu tanaman singkong adalah :
1.      Hama Uret (Xylenthropus).
Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur insektisida berbahan aktif Karbofuran/Karbosulfan pada saat pengolahan lahan.

2.      Hama Tungau Merah (Tetranychus bimaculatus).
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian:  semprot dengan TOP BN atau tanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.

3.      Penyakit Bercak Daun Bakteri (Xanthomonas manihotis).
Disebut juga Cassava Bacterial Blight/CBG. Gejalanya muncul bercak-bercak pada sudut daun lalu melebar dan mengakibatkan daun kering yang akhirnya mati. Pengendaliannya dengan menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun. Perendaman bibit dengan BIO SPF 10 cc/liter air, direndam selama 1 jam.

4.      Penyakit Bercak Daun Coklat (Cercospora heningsii).
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.

5.      Penyakit Bercak Daun Konsentris (Phoma phyllostica).
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.

6.      Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith).
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat. Perendaman bibit dengan BIO SPF 10 cc/liter air, direndam selama 1 jam.

7.      Gulma.
Pada dasarnya pengendalian gulma untuk singkong paling baik adalah dengan manual (mencabut gulma sampai ke akarnya/penyiangan). Pengendalian kimiawi dikhawatirkan dapat mengenai dan merusak tanaman serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan umbi.

K.     Mengevaluasi teknik pemanenan hasil tanaman sayuran
a.   Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.

b.   Cara Panen
Ketela pohon dipanen dengan menggunakan pengungkit atau dengan  mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

L.       Mengevaluasi teknik penanganan pasca panen
a.   Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
b.   Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
c.    Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.   Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
2.   Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
3.   Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
4.   Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.

d.   Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.
Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat transportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.

M. Mengevaluasi teknik pemasaran hasil tanaman sayuran
       Semakin pendek rantai pemasaran antara produsen dengan konsumen maka semakin besar nilai jual yang diperoleh petani dan semakin besar pula penghasilan yang diperoleh petani tersebut. Sebaliknya semakin panjang rantai yang dilalui dari produsen ke konsumen maka semakin kecil nilai jual yang diterima petani yang akhirnya nilai hasil yang diperoleh petani menjadi kecil dan kadang kala petani menjadi merugi bila dihitung secara usaha tani. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan petani untuk mendapatkan harga jual yang baik sesuai dengan pangsa pasar yang berlaku:

1.      Memasarkan langsung ke konsumen
Setelah melakukan pemanenan dan mengolahnya menjadi barang jadi seperti tempe, tahu, kripik singkong, getuk dll sebaiknya memasarkannya langsung kepada konsumen. Bila pemasaran ini dilakukan maka diharapkan harga jual akan tinggi, hanya petani perlu mengolahnya dengan baik dan mengemas sesuai selera konsumen di lapangan. Misalnya bila membuat tempe harus dibungkus dengan plastik atau daun yang bersih dan besarnya disesuaikan dengan selera konsumen setempat. Selain itu petani harus mempunyai waktu luang untuk memasarkan hasil olahan produksi pertaniannya ke konsumen dan petani harus mengetahui di lokasi mana produksi yang akan dipasarkan biasanya banyak konsumen yang membutuhkannya

2.      Memasarkan ke grosir atau pabrik 
Setelah petani memanen dan mengolahnya menjadi barang jadi atau setengah jadi, selanjutnya petani berusaha memasarkan hasilnya ke grosir atau pabrik yang membutuhkan hasil pertaniannya tersebut. Diharapkan dengan menjual langsung hasil pertaniannya ke grosir atau pabrik maka akan diperoleh harga jual yang tinggi. Dalam hal ini petani perlu memperhatikan hasil pertanian yang akan dijualnya diolah dan dikemas sebaik mungkin. Untuk menghindari penolakan dari grosir dan pabrik, sebaiknya contoh hasil yang akan dijual diperlihatkan dahulu ke grosir dan pabrik. Sehingga kualitas seperti warna, besar biji, kandungan air dan rasa serta jumlah dapat disepakati terlebih dahulu antara petani yang akan menjual dan pihak grosir atau pabrik yang akan membeli. Diharapkan dengan cara ini petani akan memperoleh nilai jual yang tinggi lebih menguntungkan.

3.       Memasarkan ke pedagang pengumpul 
Untuk daerah-daerah yang jauh dari kota, pasar, grosir dan pabrik maka terpaksa petani menjualnya kepada pedagang pengumpul yang datang ke desa atau ke usaha taninya langsung. Untuk mendapatkan harga jual yang layak sebaiknya petani tetap melakukan pengolahan hasil pertaniannya dengan sebaik mungkin misalnya menjadi barang setengah jadi. Contoh kacang kedelai telah dibersihkan dari kulit polongnya dan kadar airnya lebih kurang 95%, jagung telah dipipil dari tongkolnya dan dikeringkan sehingga kadar airnya lebih kurang 95%. Sehingga mutu hasil pertanian yang akan dijual cukup baik. Selanjutnya petani harus mencari informasi harga melalui informasi pasar hasil pertanian via radio, penyuluh pertanian dan membandingkan antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lainnya. Bila penawaran dari pedagang yang akan membeli rendah atau di bawah harga pasar maka petani jangan cepat-cepat menjualnya. Usahakan bertahan dan upayakan secara kelompok menjualnya, bila perlu utus perwakilan kelompok ke pasar/ke pedagang di kota untuk mendapatkan harga jual yang baik. Diharapkan dengan cara ini petani bisa mendapat harga jual yang layak sehingga petani masih memperoleh hasil yang menguntungkan di dalam usaha taninya.

Hal-hal yang dapat dilakukan penyuluh pertanian :
1.      Cari informasi pasar tentang harga komoditi pertanian ke pabrik, pedagang pasar, grosir dan konsumen. 
2.      Informasikan harga produksi komoditi pertanian saat ini dan yang akan datang (lebih kurang 3 bulan ke depan) ke petani. 
3.      Cari pedagang besar, grosir dan pabrik yang mau membeli hasil produksi petani dengan harga yang tinggi, kemudian hubungkan ke petani.
4.      Cari informasi cara pengolahan hasil produksi pertanian pertanian menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi/konsumsi.
5.      Buat percontohan dengan petani dalam pengolahan bahan produksi pertanian menjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi/konsumsi, kemudian upayakan petani melaksanakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar