A.
Menganalisis
Lingkup karakteristik dan persyaratan tumbuh tanaman
Ketela pohon atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu (nama sekelompok pohon yang memiliki ketinggian di bawah 6 m/20 kaki) tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Ketela pohon atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu (nama sekelompok pohon yang memiliki ketinggian di bawah 6 m/20 kaki) tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Tanaman
singkong memiliki akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar
menjadi umbi akar yang
dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80
cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi
singkong tidak tahan disimpan terlalu lama meskipun ditempatkan di lemari
pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat
terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia.
Umbi ketela pohon merupakan sumber
energi yang kaya karbohidrat namun
sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat
pada daun singkong
karena mengandung asam amino metionina.
Berikut ini
adalah syarat tumbuhnya tanaman singkong:
1.1 Iklim
a) Curah hujan
yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
b) Suhu udara
minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 °C. Bila suhunya di bawah 10 °C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena
pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban
udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar
matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama
untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
1.2. Media Tanam
a) Tanah yang
paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur,
tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah
dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih
baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun
mikronya.
b) Jenis tanah
yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik
merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c) Derajat
keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara
4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah
(asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi
suburnya tanaman ketela pohon.
1.3 Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan
ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya
antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada
ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
B.
Menganalisis
Teknik pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi tanah yang tadinya padat menjadi lebih gembur, membersihkan
kebun yang akan ditanami dari gulma, dan sebagai bagian dari kegiatan sanitasi
atau kebersihan lingkungan, sehingga tempat hidupnya sumber-sumber penyakit dan
hama dapat dibersihkan.
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan
menggunakan cangkul atau bajak. Untuk areal yang luas, sebaiknya digunakan
traktor. Setelah tanah diolah dan dibersihkan, selanjutnya dibuat bedengan dengan ukuran yang
dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman, seperti pemupukan dan penyiangan.
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat
sangat masam/tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang
digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCOS). Dosis yang biasa digunakan untuk
pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau
pada saat pembentukan bedengan kasar, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.
C. Menganalisis Teknik
pembuatan bedengan
Bedengan adalah gundukan tanah yang
sengaja dibuat untuk menanam tanaman sayuran dengan lebar dan tinggi
tertentu. Bedengan dibuat pada saat lahan sudah
70% penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman
sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
Jarak tanam untuk penanaman dalam bedengan adalah 50 cm antar
tanaman dalam bedengan yang bejarak 1 m, penanaman pada lahan datar lebih
sering dengan jarak tanam persegi, yaitu sekitar 80-100 cm.
Pembentukan bedengan ditujukan untuk memudahkan pemeliharaan
tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman
itu sendiri.
D.
Menganalisis
Teknik pemberian pupuk dasar dan susulan tanaman sayur
Pemupukan perlu dilakukan dengan Pupuk Kandang yang telah diolah terlebih dahulu dengan POLA HCS. Jika pupuk kandang berasal dari ternak yang belum menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar sebanyak 2 ton. Namun jika kotoran berasal dari ternak yang telah menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar hanya 8 kwintal.
Pemupukan perlu dilakukan dengan Pupuk Kandang yang telah diolah terlebih dahulu dengan POLA HCS. Jika pupuk kandang berasal dari ternak yang belum menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar sebanyak 2 ton. Namun jika kotoran berasal dari ternak yang telah menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar hanya 8 kwintal.
Adapun cara pemupukannya adalah sebagai
berikut :
1. Taburkan
Bokashi pada setiap lubang 3 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari.
2. Semprot
dengan SOT HCS pada tiap lubang 1 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari
(8 tutup botol SOT HCS dicampur dengan 14 liter air dan gula pasir 3 sendok
makan dan diamkan terlebih dahulu selama 15 menit sebelum dikocorkan).
3. Lakukan
penyemprotan/pengocoran SOT HCS pada saat 7 HST.
4. Selanjutnya lakukan dengan interval 2 minggu
sampai usia 3 bulan HST.
5. Setelah itu
lakukan setiap 1 bulan 1 kali sampai panen.
Cara lain pemberian pupuk adalah:
·
Pupuk
dasar : 1/3 bagian dosis Urea dan KCl, serta seluruh dosis SP-36 diberikan pada
saat tanam.
·
Pupuk
susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman
berumur 3 - 4 bulan.
E.
Menganalisis
Teknik dasar persemaian
-
F.
Menganalisis
teknik penanaman bibit
a. Penentuan
Pola Tanam
Pola tanam ada yang dengan sistem monokultur, yaitu penanaman
satu jenis tanaman dalam satu lahan, dan ada yang sistem tumpangsari, yakni
penanaman dua atau lebih jenis tanaman dalam satu lahan. Pola tanam harus
memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu
tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman
padi. Jarak antar tanaman yang umum digunakan pada pola monokultur yaitu
100 x 100 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari, jarak tanam yang
dapat digunakan adalah 150 x 150 cm atau 200 x 200 cm.
b. Cara
Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung atas stek
ubi kayu untuk menghindari tergenangnya air di batang agar tidak terjadi
pembusukkan atau menghindari patogen penyakit yang biasanya menyukai
tempat-tempat yang lembab. Stek batang kemudian ditanamkan sedalam
5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya
keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. Lakukan
pemberian pupuk pada saat penanaman. Pupuk yang digunakan sebagai
pupuk dasar ini biasanya adalah pupuk kandang. Pupuk diberikan di
sekeliling tanaman dengan diameter sekitar 100 cm. Tanah
disekeliling tanaman digali atau dibuat parit kecil. Kemudian
pupuk ditaburkan ke dalam parit tersebut. Setelah itu ditutup
dengan tanah dari bekas galian tadi.
G.
Menganalisis
teknik pengairan
Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
H.
Menganalisis teknik pengajiran
-
I.
Mengevaluasi teknik pemangkasan tanaman sayuran
Pada budidaya tanaman ubi kayu perlu dilakukan
pemangkasan/pembuangan tunas, karena minimal setiap pohon hanya mempunyai dua
atau tiga cabang. Hal ini dilakukan agar batang ubi kayu tersebut bisa
digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang. Selain itu, konsentrasi
pertumbuhan tanaman ubi kayu akan lebih mengarah pada pembentukan umbi, bukan
daun. Kecuali dalam pembudidayaan dengan tujuan untuk dipetik
tunasnya.
J.
Mengevaluasi teknik pengendalian organisme pengganggu
tanaman
Lakukan penyemprotan dengan PHEFOC HCS untuk antisipasi dan
pencegahan cukup 1 bulan 1 kali. Jika
ada gejala terserang OPT maka penyemprotan dengan PHEFOC dapat dilakukan 2 minggu
sekali (waktu penyemprotan harus berbeda dengan penyemprotan SOT HCS).
Beberapa jenis OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman) yang mengganggu tanaman singkong adalah :
1.
Hama Uret (Xylenthropus).
Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala:
tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak.
Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau
mencampur insektisida berbahan aktif Karbofuran/Karbosulfan pada saat
pengolahan lahan.
2.
Hama Tungau Merah (Tetranychus bimaculatus).
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun
dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering.
Pengendalian: semprot dengan TOP BN atau tanam varietas toleran dan
menyemprotkan air yang banyak.
3.
Penyakit Bercak Daun Bakteri (Xanthomonas
manihotis).
Disebut juga Cassava Bacterial Blight/CBG.
Gejalanya muncul bercak-bercak pada sudut daun lalu melebar dan mengakibatkan
daun kering yang akhirnya mati. Pengendaliannya dengan menanam varietas yang
tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan
pergiliran tanaman dan sanitasi kebun. Perendaman bibit dengan BIO SPF 10 cc/liter air,
direndam selama 1 jam.
4.
Penyakit Bercak Daun Coklat (Cercospora
heningsii).
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan
jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman
varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi
kebun.
5.
Penyakit Bercak Daun Konsentris (Phoma
phyllostica).
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun.
Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas
bagian tanaman yang sakit.
6.
Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas
solanacearum E.F. Smith).
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala:
daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi
langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas
yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan
pemusnahan tanaman yang sakit berat. Perendaman bibit dengan BIO SPF 10 cc/liter air,
direndam selama 1 jam.
7.
Gulma.
Pada dasarnya pengendalian gulma untuk
singkong paling baik adalah dengan manual (mencabut gulma sampai ke
akarnya/penyiangan). Pengendalian kimiawi dikhawatirkan dapat mengenai dan
merusak tanaman serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan umbi.
K.
Mengevaluasi teknik pemanenan hasil tanaman sayuran
a. Ciri
dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen
pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning
dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8
bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
b. Cara
Panen
Ketela pohon dipanen dengan
menggunakan pengungkit atau dengan
mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau
garpu tanah.
L.
Mengevaluasi teknik penanganan pasca panen
a. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di
lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
b. Penyortiran
dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran
umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung.
Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon
dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih
umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat
terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada
daging umbi.
c. Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen
umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Buat
lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon
tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
2. Alasi
dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau
daun ketela pohon itu sendiri.
3. Masukkan
umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian
masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau
jerami.
4. Terakhir
timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan
tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan
membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
d. Pengemasan
dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon
bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk
pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni
atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran
antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam
bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan
dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai ukuran, sesuai permintaan
produsen.
Setelah dikemas umbi ketela
pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut
dengan alat transportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik
dalam maupun luar negeri.
M.
Mengevaluasi teknik pemasaran hasil tanaman sayuran
Semakin pendek rantai pemasaran antara produsen dengan konsumen
maka semakin besar nilai jual yang diperoleh petani dan semakin besar pula
penghasilan yang diperoleh petani tersebut. Sebaliknya semakin panjang rantai
yang dilalui dari produsen ke konsumen maka semakin kecil nilai jual yang
diterima petani yang akhirnya nilai hasil yang diperoleh petani menjadi kecil
dan kadang kala petani menjadi merugi bila dihitung secara usaha tani. Ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan petani untuk mendapatkan harga jual yang
baik sesuai dengan pangsa pasar yang berlaku:
1.
Memasarkan
langsung ke konsumen
Setelah melakukan pemanenan dan mengolahnya menjadi barang jadi
seperti tempe, tahu, kripik singkong, getuk dll sebaiknya memasarkannya
langsung kepada konsumen. Bila pemasaran ini dilakukan maka diharapkan harga
jual akan tinggi, hanya petani perlu mengolahnya dengan baik dan mengemas
sesuai selera konsumen di lapangan. Misalnya bila membuat tempe harus dibungkus
dengan plastik atau daun yang bersih dan besarnya disesuaikan dengan selera
konsumen setempat. Selain itu petani harus mempunyai waktu luang untuk memasarkan
hasil olahan produksi pertaniannya ke konsumen dan petani harus mengetahui di
lokasi mana produksi yang akan dipasarkan biasanya banyak konsumen yang
membutuhkannya
2. Memasarkan ke grosir atau pabrik
Setelah petani memanen dan mengolahnya menjadi barang jadi atau
setengah jadi, selanjutnya petani berusaha memasarkan hasilnya ke grosir atau
pabrik yang membutuhkan hasil pertaniannya tersebut. Diharapkan dengan menjual
langsung hasil pertaniannya ke grosir atau pabrik maka akan diperoleh harga
jual yang tinggi. Dalam hal ini petani perlu memperhatikan hasil pertanian yang
akan dijualnya diolah dan dikemas sebaik mungkin. Untuk menghindari penolakan
dari grosir dan pabrik, sebaiknya contoh hasil yang akan dijual diperlihatkan
dahulu ke grosir dan pabrik. Sehingga kualitas seperti warna, besar biji,
kandungan air dan rasa serta jumlah dapat disepakati terlebih dahulu antara
petani yang akan menjual dan pihak grosir atau pabrik yang akan membeli.
Diharapkan dengan cara ini petani akan memperoleh nilai jual yang tinggi lebih
menguntungkan.
3. Memasarkan ke pedagang pengumpul
Untuk daerah-daerah yang jauh dari kota, pasar, grosir dan
pabrik maka terpaksa petani menjualnya kepada pedagang pengumpul yang datang ke
desa atau ke usaha taninya langsung. Untuk mendapatkan harga jual yang layak
sebaiknya petani tetap melakukan pengolahan hasil pertaniannya dengan sebaik
mungkin misalnya menjadi barang setengah jadi. Contoh kacang kedelai telah
dibersihkan dari kulit polongnya dan kadar airnya lebih kurang 95%, jagung telah
dipipil dari tongkolnya dan dikeringkan sehingga kadar airnya lebih kurang 95%.
Sehingga mutu hasil pertanian yang akan dijual cukup baik. Selanjutnya petani
harus mencari informasi harga melalui informasi pasar hasil pertanian via
radio, penyuluh pertanian dan membandingkan antara pedagang yang satu dengan
pedagang yang lainnya. Bila penawaran dari pedagang yang akan membeli rendah
atau di bawah harga pasar maka petani jangan cepat-cepat menjualnya. Usahakan
bertahan dan upayakan secara kelompok menjualnya, bila perlu utus perwakilan
kelompok ke pasar/ke pedagang di kota untuk mendapatkan harga jual yang baik.
Diharapkan dengan cara ini petani bisa mendapat harga jual yang layak sehingga
petani masih memperoleh hasil yang menguntungkan di dalam usaha taninya.
Hal-hal yang dapat dilakukan penyuluh pertanian :
1.
Cari
informasi pasar tentang harga komoditi pertanian ke pabrik, pedagang pasar,
grosir dan konsumen.
2.
Informasikan
harga produksi komoditi pertanian saat ini dan yang akan datang (lebih kurang 3
bulan ke depan) ke petani.
3.
Cari pedagang
besar, grosir dan pabrik yang mau membeli hasil produksi petani dengan harga
yang tinggi, kemudian hubungkan ke petani.
4.
Cari
informasi cara pengolahan hasil produksi pertanian pertanian menjadi bahan
setengah jadi atau bahan jadi/konsumsi.
5.
Buat
percontohan dengan petani dalam pengolahan bahan produksi pertanian menjadi
bahan setengah jadi dan bahan jadi/konsumsi, kemudian upayakan petani
melaksanakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar