Kerajaan
Singosari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara vang
didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari
Kerajaan Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah
pegunungan yang subur di wilayah Malang dengan pelabuhannya bernama Pasuruan.
Dari daerah inilah Kerajaan Singosari berkembang dan bahkan menjadi sebuah
kerajaan besar di Jawa Timur, terutama setelah berhasil mengalahkan Kerajaan
Kediri dalam pertempuran di dekat Ganter tahun 1222 M. Kerajaan Singosari mencapai
puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar
Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa.
Ken Arok merebut daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja Singosari (1227-1248). Raja terakhir Kerajaan Singosari adalah Kertanegara.
Ken Arok merebut daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja Singosari (1227-1248). Raja terakhir Kerajaan Singosari adalah Kertanegara.
Sumber-sumber
sejarah Kerajaan Singosari berasal dari:
- Kitab Pararaton, menceritakan
tentang raja-raja Singasari.
- Kitab Negarakertagama, berisi
silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan erat
dengan raja-raja Singasari.
- Prasasti-prasasti sesudah tahun
1248 M.
Kehidupan
politik
Kerajaan Singosari yang pemah mengalami kejayaan dalam
perkembangan sejarah Hindu di Indonesia pernah
diperintah oleh raja-raja sebagai
berikut.
·
Raja
Ken Arok Setelah kemenangannya dalam pertempuran melawan Kerajaan Kediri,
·
Ken
Arok memutuskan untuk membuat dinasti
Bhattara serta membangun kerajaan baru dengan nama Kerajaan Singasari.
·
Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan
Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi dan dinastinya
bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa).
Pendirian dinasti ini bertujuan
menghilangkan jejak tentang siapa sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia berhasil
mendirikan kerajaan. Di samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok (bila
suatu saat menjadi raja besar) tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan
kejahatan yang pemah dilakukan oleh Ken Arok. Raja Ken Arok memerintah pada
tahun 1222-1227 M. Masa pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat ia
dibunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes
dengan suami pertamanya Tunggul Ametung). Raja Anusapati Dengan meninggalnya
Ken Arok, tahta Kerajaan Singasari langsung dipegang oleh Anusapati. Dalam
jangka waktu pemerintahan yang cukup lama itu (1227-1248 M), Anusapati tidak
melakukan pembaruan-pembaruan, karena Anusapati larut dengan kegemarannya
sendiri, yaitu menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai kepada putra Ken Arok dengan Ken Umang yang bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui bahwa Anusapati suka menyabung ayam, karena itu Anusapati diundang untuk menyabung ayam di Gedong Jiwa (tempat kediaman Tohjaya). Saat Anusapati sedang asyik melihat aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya mencabut keris Empu Gandring yang dibawa Anusapati dan langsung menusukkan ke punggung Anusapati hingga ia meninggal.
Raja Tohjaya Dengan meninggalnya Anusapati, tahta kerajaan dipegang oleh Tohjaya. Tohjaya memerintah Kerajaan Singasari hanya beberapa bulan saja (1248 M), karena putra Anusapati yang bernama Ranggawuni mengetahui perihal kematian Anusapati. Ranggawuni yang dibantu oleh Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta kerajaan kepada Tohjaya. Tetapi Tohjaya mengirim pasukannya untuk menangkap Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Rencana Tohjaya telah diketahui oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri sebelum pasukan Tohjaya menangkap mereka.
Untuk menyelidiki persembunyian Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, Tohjaya mengirim pasukan di bawah pimpinan Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal akhirnya menyadari bahwa yang berhak atas tahta kerajaan ternyata Ranggawuni, maka ia berbalik memihak Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka dan Lembu Ampal berhasil merebut tahta kerajaan dari tangan Tohjaya. Selanjutnya Ranggawuni menduduki tahta Kerajaan Singasari.
Raja Wisnuwardhana Ranggawuni naik tahta atas Kerajaan Singasari dengan gelar Sri JayaWisnuwardhana dibantu oleh Mahesa Cempaka dengan gelar Narasinghamurti. Mereka memerintah bersama Kerajaan Singasari (1248-1268 M). Wisnuwardhana sebagai raja, Narasinghamurti sebagai Ratu Angabhaya. Pemerintahan kedua penguasa tersebut membawa keamanan dan kesejahteraan. Pada tahun 1254 M, Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai Yuvaraja (raja muda) dengan maksud untuk mempersiapkan putranya yang bernama Kertanegara menjadi seorang raja besar di Kerajaan Singasari.
Setelah Wisnuwardhana meninggal dunia
(dialah satu-satunya raja yang meninggal tidak terbunuh di Kerajaan Singasari),
tahta Kerajaan Singasari beralih kepada Kertanegara. Raja Kertanegara
(1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan
Singasari. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa
kejayaannya. Stabilitas kerajaan yang diwujudkan pada masa pemerintahan Raja
Wisnuwardhana disempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan yang tegas dan
berani. Setelah keadaaan Jawa Timur dianggap baik, Raja Kertanegara melangkah
ke luar Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita persatuan seluruh Nusantara di
bawah panji Kerajaan Singasari.
Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara
dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam dan luar negeri. Dalam rangka
mewujudkan Stabilitas politik Kerajaan Singasari, Raja Kertanegara menempuh
jalan sebagai berikut.
a.Kebijakan Dalam Negeri
1.
Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan
menggalang pemerintahan yang kompak.
2.
Memelihara keamanan dan melakukan politik
perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan politik yg jujur dan adil.
b.Kebijakan Luar
Negeri
1.
Menggalang persatuan 'Nusantara' dengan
mengutus ekspedisi tentara Pamalayu ke Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus
pasukan ke Sunda, Bali, Pahang.
2.
Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain.
Contohnya menjalin persekutuan dengan kerajaan Campa.
Dari tindakan-tindakan politik
Kertanegara tersebut, di satu sisi Kertanegara berhasil mencapai cita-citanya
memperluas dan memperkuat Singasari, tetapi dari sisi yang lain muncul beberapa
ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari. Ancaman yang muncul dari
luar yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol karena Kertanegara tidak
mau mengakui kekuasaannya bahkan menghina utusan Kubilai-khan yaitu Meng-chi.
Dari dalam adanya serangan dari Jayakatwang (Kadiri) tahun 1292 yang bekerja
sama dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep yang tidak diduga sebelumnya.
Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah kekuasaan Jayakatwang
dari Kediri. Setelah Kertanegara meninggal maka didharmakan/diberi penghargaan
di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, di candi Singasari sebagai Bhairawa. Di
Sagala sebagai Jina (Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi. Untuk
memperjelas pemahaman Anda, tentang candi Singosari tempat Kertanegari di
muliakan.
KEHIDUPAN
EKONOMI
Dalam kehidupan ekonomi, walaupun
tidak ditemukan sumber secara jelas. Ada kemungkinan perekonomian ditekankan
pada pertanian dan perdagangan karena Singosari merupakan daerah yang subur dan
dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas
perdagangan dan pelayaran
A.
SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
1.
Ken Arok (1222–1227 M)
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.
2.
Anusapati (1227–1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
3.
Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.
4.
Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Pemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Pemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
5.
Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.
Selain
menguasai Melayu, Singasari juga
menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun
(Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja
Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari
Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk
Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan
melukai muka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat
Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan
pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk
menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan
untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara
merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan
Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk
istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana.
Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut.
Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya
berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan
dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya
mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi
sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati.
Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan
Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya
kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara
kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca
perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman
Simpang, Surabaya.
B.
KEHIDUPAN DI KERAJAAN SINGASARI
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:
·
Mengadakan
pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh
Aragani.
·
Berbuat
baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra Jayakatwang (Raja
Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
·
Memperkuat
angkatan perang.
Politik Luar Negeri:
·
Melaksanakan
Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta melemahkan posisi
Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
·
Menguasai
Bali.
·
Menguasai
Jawa Barat.
·
Menguasai
Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan
patung-patung diantaranya candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari.
Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa
Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung
Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (kedua
patung kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa
Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).
C.
RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
D. HUBUNGAN KERAJAAN SINGASARI DENGAN MAJAPAHIT
Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya, cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiararaja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya, cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiararaja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar